Saturday, February 13, 2010

Kura-Kura yang Tidak Pernah Merasa Puas



Di suatu hutan yang sangat indah, hiduplah seekor kura-kura air tawar bernama Olinz. Ia memiliki tempurung yang sangat mengkilat, kuku-kuku yang panjang dan tajam, dan penampilan yang rupawan. Gaya berjalannya anggun dan berenangnya cepat. Binatang-binatang di hutan dibuatnya terpesona.

Namun, Olinz tidak pernah merasa puas. Ia selalu mengeluh, mengeluh, dan mengeluh tentang hidupnya.

Suatu hari Unyil, si anjing hutan memujinya, "Aduh, Olinz. Kuku-kuku mu mengkilat dan tajam sekali deh. Apa sih rahasianya? Kuku-kuku ku pendek dan tebal, jelek pula karena suka ku pakai untuk menggali tanah."

"Ah, apanya yang bagus? Tau gak sih, kuku ini sangat merepotkan hidupku! Aku tak ingin mempunyai kuku seperti ini. Kuku ini sangat panjang dan tajam, membuat aku sangat kesakitan ketika menggaruk wajahku!" gerutu Olinz.

Nane si siput kecil pun datang menghampiri mereka. "Olinz, tempurungmu sangat kuat dan keras sekali. Andai rumahku kuat seperti tempurungmu, pasti tak akan berlubang jika tergores batu sungai." Kata Nane sambil mengelus tempurung Olinz dengan lunglai.

"Kuat sih kuat, tapi berat sekali! Untuk berjalan ke tepi sungai saja membutuhkan waktu yang lama. Aku jadi tak pernah menang lomba lari melawan Doki si kodok. Akibatnya, Doki selalu mencela aku. Aku tak ingin punya tempurung ini! Tempurung ini hanya jadi bahan tertawaan dan membuatku susah saja!" kata Olinz kesal.

Matahari semakin meninggi, hawa di hutan itu menjadi semakin panas. Olinz pun segera menceburkan diri ke sungai dan berenang-renang dengan ria.

Tak lama kemudian, Wangler si ikan mas muncul ke permukaan air dan berkata, "Wah Olinz. Gaya renangmu indah dan cepat sekali. Aku tadi sampai gak lihat kalau kamu tadi lagi berenang. Hebat sekali. Andai aku dapat berenang secepat kamu, aku pasti tidak akan pernah terlambat pergi ke sekolah."

"Aku memang lumayan cepat di air, tapi tetap saja lariku lambat di darat. Tapi kalau aku berenang cepat di air, pasti Nenek Bultek, si ikan gurame marah-marah. Katanya kalau aku ngebut di air akan membuat airnya bergejolak sehingga ia tidak bisa tidur dengan tenang. Aku malas deh, setiap aku berenang selalu dimarahi. Aku jadi malas berenang cepat. Lebih baik aku diam saja kayak batu biar nggak dimarahi. Bete ah." Kata Olinz sambil berjalan keluar dari sungai.

Begitulah hidup Olinz sehari-harinya. Begitu banyak binatang yang memuji dirinya, namun ia tak pernah mensyukuri hidupnya.

Suatu hari, datanglah seekor harimau lapar ke hutan tersebut. Semua binatang di hutan lari tunggang langgang menghindari terkaman harimau tersebut. Unyil pun berusaha untuk mengusir harimau tersebut, tapi apa daya, Unyil dicakar dan kemudian Unyil segera pergi karena terlalu banyak berdarah. Nane si siput pun hanya bisa pasrah ketika cangkang rumahnya tak sengaja terinjak harimau yang membuat lubang di cangkangnya bertambah. Olinz yang saat itu sedang berjemur matahari, kaget karena tiba-tiba harimau tersebut mendatangi dirinya dan ia terpojok tak bisa berlari.

Harimau tersebut menyeringai senang melihat mangsanya terpojok dan ketakutan. Olinz segera memasukkan kepala, kaki, dan tangannya ke dalam tempurungnya. Harimau tersebut segera menggigit Olinz, namun tak juga berhasil karena tempurung Olinz yang sangat kuat. Olinz pun di geletakkan di atas tanah, kemudian harimau tersebut mengendus-endus Olinz. Olinz pun segera mengeluarkan tangannya dan mencakar-cakar wajah harimau tersebut. Harimau tersebut menjadi geram dan kesakitan. Ketika harimau tersebut sedang menggeliat karena kesakitan, Olinz segera berlari menuju sungai. Di sungai ia segera berenang dengan cepat dan menjauh dari tempat harimau tadi. Setelah merasa berenang cukup jauh, ia pun segera keluar dari sungai dan beristirahat di sebuah batu.

Di batu tersebut Olinz merenung, bagaimana nasibnya jika ia tidak mempunyai tempurung yang kuat? Bagaimana jika kuku-kukunya tidak panjang dan tajam? Bagaimana jika ia tidak bisa berenang cepat di air? Mungkin Olinz sudah menjadi santapan siang harimau atau paling tidak seperti Unyil dan Nane. Olinz bergidik ngeri. Ia pun segera mensyukuri yang ia miliki, mulai saat itu dan seterusnya, Olinz selalu mensyukuri apa yang telah Tuhan beri untuk hidupnya.

Nb : ini cerita bocah yang gue bkin buat tugas cerpen bahasa indonesia . olinz itu nama kura-kura asli gue ahahah. unyil juga nama anjing tetangga gue.

No comments:

Post a Comment